Duka
Holla, Blog.
Hari ini, 29 Juli 2020. Tepatnya pagi hari tadi, perasaan duka mucul di hati orang-orang.
Kabar tak meng-enak-kan masuk kedalam telinga, kaget sudah pasti, otakku masih memproses kabar itu dengan tak baik, tak percaya dan tak ingin percaya kabar itu, namun apa daya ternyata itu nyata
Sebelumnya aku sempat post "Tempat Berharap" ternyata benar seseorang telah berharap pada suatu tempat, yang benar-benar dijadikan pengharapan atas doanya, memperjuangkan kehidupannya, hingga akhirnya menelan pahit atas kepergian dan menimbulkan rasa duka bagi orang yang mengenalnya.
Tuhan telah merenggut sosok Ibu seorang anak, sosok ibu yang begitu dibutuhkan bagi 2 anak remaja. Sosok ibu yang selalu bisa mereka andalkan, selalu bisa mereka harapkan.
Tuhan telah mengambil seorang teman bagi banyak orang, beliau yang begitu royal terhadap orang lain ternyata lebih cepat meninggalkan dunia dan isinya. Beliau yang selalu menebar senyum dengan guyonan lewat ucapannya.
Tuhan telah menjadikan sosok kakak untukku, yang mana ia bisa menjadi tempat curhat dan juga bisa dimintai nasehat. Terkadang perbedaan pendapat itu dibutuhkan dan tak harus diambil pusing.
Dengan mengetik ini, sekarang aku menahan tangis karna daritadi sudah terlalu banyak air mata yang keluar, tapi sungguh stok air mataku belum habis karna sekarang pun air mata ini masih mengalir tak tertahankan. Aku menangis bukan karna tak ihklas, tapi aku benar-benar berduka saat ini. Dia sangat dekat dengan keluargaku sampai sudah seperti keluarga. Dia banyak membantu, berjasa, dan juga menimbulkan tawa. Sungguh, aku akan merindukannya
Senyumnya masih terbayang, suaranya masih bisa kuputar ditelinga, tawa dan geraknya masih terngiang dalam otak. Tak ingin percaya bahwa sosoknya telah dikebumikan sore tadi, sungguh aku berharap ini adalah mimpi buruk.
Pikiran dan pandanganku benar-benar tak terkendali. Saat kondisi seperti itu aku berpikir dan membayangkan bagaimana kalau aku ada diposisi yang kehilangan sebagai keluarga, ini saja yang bukan benar keluarga sedarah sudah merasa duka yang dalam dan tak percaya. Sebelumnya aku memang pernah kehilangan anggota keluarga dekat, sakitt hati menghampiri dan tentu saja berduka, tak ingin membenarkan kabar tersebut. Bagaimana jika aku benar-benar ditinggalkan orang yang aku cintai? Bisakah aku kuat? Bisakah aku ikhlas? Bisakah aku tegar? Akankah aku menerimanya? Jawabannya pasti tidak. Aku sepertinya tidak bisa kuat dan tegar menghadapinya, tidak ikhlas dan rela melepaskannya, dan pasti tidak bisa menerima kehilangan saat itu. Namun aku harus, harus bisa kuat, tegar, ikhlas dan terima jika hal itu terjadi nanti. Aku benar-benar tak bisa dan tak ingin membayangkan hal buruk itu terjadi.
Pikiran dan pandanganku satu lagi bertajuk pada yang menghilang, bagaimana jika aku lebih dahulu meninggalkan orang-orang dan dunia ini? Akankah orang bersedih? Akankah aku didoakan? Akankah banyak orang yang mengenang? Bagaimana orang akan mengenang tentang aku? Pikiran berkecamuk dalam otak, memikirkan yang pasti akan terjadi dimasa mendatang yang entah kapan akan terjadi. Skenario Tuhan tak pernah ada yang tau. Terkadang ada sekelebat pemikiran bahwa aku ingin meninggalkan orang-orang terlebih dahulu, aku tidak ingin banyak merasakan duka. Biarlah orang merasakan sedih dan duka atas kehilanganku, karena sepertinya aku tak sanggup jika benar ditinggalkan oleh orang terkasih.
Tuhan aku berdoa kepadaMu. Untuk setiap kebaikannya menjadikan langkahnya lebih dekat dengan surgaMu. Berdoa agar tempat terbaik diberikan padanya.
Maaf, tanpa bermaksud menjual cerita ini. Tapi blog ini dan pengungkapan ini memang berdasarkan perasaanku dan pengalamanku. Kebetulan sekarang cuma punya 2 draft ungkapan lain yang belum aku post, teruss ini kan baru aku rasain jadi sekalian bercerita aja.
Jikalau berkenan, ketika merepost atau mengutip ungkapan Triana bisa pake #coretana dan di tag ke sini
Sekian,
Terimakasih
With ❤, tridhaswari
Semoga selalu sehat dan diliputi kebahagian 🤍
Komentar
Posting Komentar